Thursday, July 26, 2007

Santa Perawan Maria dari Pompeii






Santa Perawan Maria dari Pompeii

Pompeii, Campania, Italia

B. Bartolo Longo - Rasul Rosario

Basilika SP Maria Ratu Rosario & Mukjizat2 yang Terjadi

Devosi

Beatifikasi Bartolo Maria Longo

Paus Yohanes Paulus II & SP Maria dari Pompeii

Meditasi

Pompeii, Campania, Italia

Pompeii mengalami banyak musibah dan masa-masa sulit. Namun demikian, di tahun-tahun belakangan ini, musibah telah diubah menjadi kemenangan Santa Perawan Maria Ratu Rosario, dan masa-masa sedih telah digantikan dengan para peziarah yang tak terhitung banyaknya yang dengan penuh sukacita mengalami berbagai mukjizat dan menerima berlimpah rahmat.

Salah satu dari musibah awal yang menimpa Pompeii terjadi pada tahun 79, ketika Gunung Vesuvius meletus dengan dahsyat. Gunung berapi itu menghancur-luluhkan kota Romawi tersebut serta menguburnya dengan abunya selama berabad-abad. Di kemudian hari, kota yang bekembang sekitar satu mil jauhnya dari reruntuhan tersebut juga mengalami musibah, ketika pada tahun 1659 suatu wabah malaria yang ganas menyerang kota dan membunuh hampir seluruh penduduk di sana.

Sebuah gereja kuno yang dibangun sebelum terjadi wabah pada akhirnya hancur pada tahun 1740. Sebuah gereja kecil didirikan sebagai gantinya. Dari paroki yang dulunya berkembang pesat, hanya tinggal sedikit saja umat yang tersisa - dan mereka dilayani oleh seorang imam yang sudah tua dan capai. Akhirnya, di samping berbagai macam takhyul yang menyebar di antara penduduk, mereka juga disusahkan dan dibuat tak berdaya oleh kawanan penyamun yang meneror serta menjarah mereka. Lama-kelamaan Pompeii dikenal sebagai “sarang para penyamun yang bengis dan kejam.”

Namun demikian, Bunda Maria tidak pernah meninggalkan anak-anaknya. Tempat-tempat yang paling tidak mungkin telah dipilihnya untuk medatangkan keajaiban-keajaiban yang dilakukannya bagi mereka yang mengabdi kepadanya. Alat yang dipergunakannya untuk menaklukkan kota yang malang ini adalah Bartolo Longo (1841-1926), yang pada mulanya tampak sebagai pilihan yang sangat tidak tepat.

Beato Bartolo Longo - Rasul Rosario

Bartolo Longo dilahirkan pada tahun 1841, putera seorang dokter. Ia menempuh pendidikan sebagai pengacara di Naples. Dalam masa pendidikannya itu, Bartolo menggabungkan diri dalam suatu sekte setan dan 'ditahbiskan' sebagai imam Setan. Selama bertahun-tahun ia melaksanakan tugasnya sebagai 'imam' dengan menyampaikan khotbah, memimpin ritual-ritual, mencemooh serta menghina Gereja Katolik dan para imam, serta berbicara menentang segala sesuatu yang berhubungan dengan agama Katolik.

Seorang teman yang baik, Vincentius Pepe, perlahan-lahan menunjukkan kepada Bartolo kelemah-lembutan Kristus dan mengatur agar Bartolo dapat bertemu dengan seorang imam Dominikan yang kudus, Pastor Alberto Radente. Pastor Alberto memiliki devosi pribadi yang mendalam kepada Bunda Maria dan sebisanya menyebarluaskan devosi rosario. Ketika Bartolo Longo dibaptis, ia memilih nama tengah 'Maria', sebagai nama baptisnya. Ia memandang Bunda Maria sebagai “Pengungsian Orang Berdosa” dan mengungkapkan sesal dan tobatnya yang mengagumkan kepadanya. Maria adalah “Pengungsian” yang akan menghantarnya kepada Kristus.

Setelah pertobatannya, Bartolo Maria Longo, ingin melakukan sesuatu sebagai silih atas kehidupannya di masa silam dan melayani Gereja yang dulu difitnahnya dengan keji. Ia bergabung dengan sekelompok orang yang menaruh perhatian kepada mereka yang miskin dan sakit. Salah seorang anggota kelompok tersebut adalah Countess di Fusco, seorang janda kaya yang mempunyai tanah dan hak milik dekat reruntuhan Pompeii. Dipercaya olehnya untuk mengumpulkan uang sewa, Bartolo melihat sendiri kekumuhan kota Pompeii dan kemiskinan rohani penduduknya. Ia berikrar untuk melayani mereka yang miskin dan papa. Bartolo menerbitkan sebuah pamflet berjudul “Rosario dari Pompeii yang Baru” dan mempergunakan segala daya upayanya untuk menyebarluaskan devosi tersebut.

Suatu hari pada bulan Oktober 1872, sementara ia beristirahat di padang dekat Pompeii, ia teringat akan 'pentahbisannya' sebagai imam Setan. Bartolo mengenang saat itu:

“Saya berpikir bahwa mungkin, sama seperti imamat Kristus adalah untuk selamanya, demikian juga imamat Setan adalah untuk selamanya. Jadi, meskipun saya telah bertobat, saya berpikir bahwa saya masih tetap imam setan, dan bahwa saya masih menjadi hambanya dan miliknya sementara ia menunggu saya di Neraka. Saat merenungkan keadaan saya itu, saya dilanda rasa putus asa yang begitu hebat, hingga hampir bunuh diri. Kemudian saya mendengar gema suara Pastor Alberto di telinga saya yang mengulangi kata-kata Santa Perawan Maria:

'Jika engkau ingin beroleh keselamatan, sebarluaskanlah Rosario. Inilah janji Bunda Maria sendiri: Barangsiapa menyebarluaskan Rosarioku akan diselamatkan.'

Kata-kata ini segera mendatangkan pencerahan bagi jiwa saya. Saya jatuh berlutut dan berseru, 'Jika yang engkau katakan benar, bahwa mereka yang menyebarluaskan Rosariomu akan diselamatkan, maka aku pasti beroleh keselamatan, karena aku tidak akan meninggalkan dunia ini tanpa menyebarluaskan Rosario.' Bagai jawab atas ikrar saya, lonceng kecil gereja paroki Pompeii berdentang, mengundang umat mendaraskan Angelus. Kebetulan ini seperti tanda peneguhan atas kebulatan tekad saya.”

Bartolo Maria membujuk masyarakat sekitar untuk membantunya membersihkan gereja yang telah rusak. Kemudian ia mengundang mereka datang sore hari untuk berdoa rosario bersama. Hanya beberapa anak yang ingin tahu saja yang datang. Laskar rosario itu mengunjungi setiap gubug dan rumah untuk membagikan rosario, medali serta mendorong mereka berdoa rosario. Tetapi, misinya itu tidak berhasil baik. Mereka menyukai dan menghormati Don Bartolo, tetapi mereka tidak mengerti dan tidak mau peduli untuk belajar rosario.

Bartolo kemudian mensponsori diadakannya festival pada Pesta Ratu Rosario pada tahun 1873. Usahanya gagal. Hujan turun, dan imam menyampaikan khotbahnya dalam bahasa Italia resmi, bukan dalam dialek setempat yang dapat dimengerti penduduk. Tahun berikutnya ia mencoba lagi, tidak lebih berhasil dari sebelumnya, tetapi ia berhasil mengajari beberapa orang berdoa rosario. Tahun ketiga, Bartolo mengundang Imam-Imam Redemptoris untuk mengadakan misi di sana selama dua minggu. Sebagai persiapan, ia memugar sepenuhnya gereja kecil Pompeii. Kali ini misinya berhasil baik dan mendapat restu dari bapa uskup. Sesungguhnya, bapa uskup telah meramalkan akan adanya sebuah gereja besar dan tempat ziarah di sana di masa mendatang.

Bartolo memulai proyeknya dengan pertama-tama mencari sebuah lukisan Santa Perawan Maria Ratu Rosario. Bartolo mendapatkan lukisan yang cocok di sebuah toko di Naples. Sayangnya, ia tidak mampu membelinya. Ia kemudian memperoleh informasi bahwa lukisan tersebut kurang sesuai untuk maksudnya, karena Hukum Kanon pada waktu itu menetapkan bahwa lukisan haruslah dilukis dengan cat minyak diatas kanvas atau kayu. Sedangkan lukisan yang ia pilih dilukis di atas kertas.

Bartolo menceritakan kekecewaannya kepada Pastor Alberto Radente, yang memberitahukan kepadanya akan sebuah lukisan yang dimiliki seorang biarawati, Moeder Concetta, di biaranya. Karena Moeder sudah menyetujuinya, Pastor Alberto mendorong Bartolo untuk meminta lukisan tersebut. Lukisan itu sesungguhnya ditemukan Pastor Alberto di sebuah toko loak. Pastor membelinya dengan harga hanya delapan carlins, atau setara dengan satu dollar. Pastor kemudian memberikan lukisan Santa Perawan tersebut kepada Moeder Concetta.

Ketika Bartolo melihat lukisan tersebut, ia sungguh sangat kecewa dengan kondisinya yang menyedihkan. Bartolo menggambarkannya sebagai berikut:

“Tidak saja lukisan itu telah dimakan rayap, tetapi wajah Madona adalah wajah wanita desa yang kasar … secuil kanvas hilang tepat di atas kepalanya… mantolnya retak. Tak ada yang dapat dikatakan tentang figur-figur lainnya yang mengerikan. St. Dominikus tampak seperti seorang idiot jalanan. Di sebelah kiri Santa Perawan adalah St. Rosa. Di kemudian hari, saya mengubahnya menjadi St. Katarina dari Siena… Saya ragu-ragu apakah sebaiknya menolak atau menerima pemberian ini.”

Moeder Concetta membujuk Bartolo agar menerimanya, “Ambillah; engkau akan melihat bagaimana Bunda Maria akan mempergunakan lukisan ini untuk mendatangkan banyak mukjizat.” Kata-kata tersebut memang terbukti kelak.

Lukisan Santa Perawan terlalu besar bagi Bartolo untuk dapat dibawanya pulang dari Naples ke Pompeii. Ia membungkusnya dengan sehelai kain lalu menyerahkannya kepada seseorang yang akan mengantarkannya ke kapel. Karena tidak tahu gambar yang terlukis di dalamnya, orang tersebut menempatkan lukisan di keretanya, di atas pupuk muatannya. Dengan cara demikianlah Ratu Rosario tiba di Pompeii. Lukisan tiba pada tanggal 13 November 1875. Setiap tahun umat beriman merayakan hari kedatangan lukisan tersebut dengan doa-doa dan ibadat khusus.

Dua bulan setelah kedatangannya, yaitu pada bulan Januari 1876, restorasi pertama atas lukisan tersebut oleh seorang pelukis amatir berhasil diselesaikan. Pada hari peresmian Persaudaraan dalam Rosario Suci yang dibentuk oleh Bartolo Longo, yaitu pada tanggal 13 Februari 1876, lukisan ditempatkan dalam gereja. Restorasi berikutnya dilakukan pada tahun 1879, oleh Federico Madlarelli, seorang pelukis Italia terkenal. Restorasi terakhir dilakukan oleh para pelukis Vatikan pada tahun 1965.