Thursday, July 26, 2007

Tetap Perawan Selamanya


Tetap Perawan Selamanya

Adalah benar bahwa Maria tetap perawan sepanjang hidupnya dan tidak memiliki anak lain kecuali Yesus. Yesus dikandung dari Kuasa Roh Kudus dalam rahim Perawan Maria yang suci dan tak bernoda. Umat Katolik percaya bahwa Maria tetap perawan sepanjang hidupnya di dunia, tetapi sebagian besar orang Protestan berpendapat bahwa Maria mempunyai anak-anak lain selain Yesus. Kerumitan mengenai masalah tersebut timbul karena adanya kurang lebih 10 ayat dalam Perjanjian Baru di mana digunakan istilah "saudara laki-laki" dan "saudara perempuan" Yesus (misalnya saja dalam Matius 13:55, Markus 3:31-34, Lukas 8:19-20).

Dalam ayat-ayat Injil tersebut, istilah "saudara laki-laki dan saudara perempuan" diterjemahkan dari bahasa Yunani adelphos, adelphe atau adelphoi. Dalam bahasa Yunani istilah tersebut berarti saudara sepupu atau sanak saudara, yaitu mereka semua yang termasuk sanak saudara karena hubungan pernikahan atau hukum, meskipun bukan hubungan langsung. Persoalannya ialah bahasa Ibrani dan bahasa Aram, yaitu bahasa yang digunakan oleh Kristus dan murid-murid-Nya, tidak memiliki istilah khusus untuk menyebut saudara sepupu atau sanak saudara, jadi digunakan istilah "saudara laki-laki" dan "saudara perempuan". Suatu informasi kecil yang menarik dan amat penting artinya untuk membuktikan bahwa Yesus tidak memiliki saudara dan saudari kandung. Beberapa orang Rasul, St. Yudas Tadeus dan St. Yakobus, adalah saudara Yesus juga, tetapi mereka adalah saudara sepupu.

Suatu bukti lain yang menguatkan bahwa Yesus tidak memiliki saudara dan saudari kandung tampak dari ayat-ayat Kitab Suci yang mengisahkan saat-saat menjelang ajal-Nya:

Yohanes 19:25-27 "Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya."

Jika saja benar bahwa Yesus memiliki saudara dan saudari kandung, maka sesuai adat orang Yahudi, tentulah Yesus menyerahkan pemeliharaan ibu-Nya kepada mereka. Tetapi yang terjadi ialah Yesus menyerahkan bunda-Nya kepada St. Yohanes Rasul, yang sama sekali tidak ada hubungan darah dengan-Nya. Ini adalah suatu bukti nyata bahwa Yesus tidak memiliki saudara kandung, baik laki-laki maupun perempuan. Karena jika ada saudara dan saudari kandung-Nya, tentulah Yesus meminta mereka untuk merawat bunda-Nya setelah Ia wafat.

Kemurnian amatlah penting artinya bagi Maria. St. Yosef juga menghormati prinsip Maria tersebut sepanjang hidup berkeluarga dengan Maria. St. Maria dan St. Yosef hidup dalam cinta kasih yang tulus suci sebagai saudara. Keduanya adalah teladan kesucian dan kemurnian yang mengagumkan. Kita perlu lebih sering memohon pada mereka untuk menjadi pendoa bagi kita terutama dalam melewati masa remaja kita yang penuh dengan berbagai cobaan dan tantangan agar senantiasa mampu menjaga kemurnian kita masing-masing.

sumber : In Defense of the Blessed Virgin Mary; www.qni.com/~catholic/defense.htm

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: ,


Santa Perawan Maria dari Pompeii






Santa Perawan Maria dari Pompeii

Pompeii, Campania, Italia

B. Bartolo Longo - Rasul Rosario

Basilika SP Maria Ratu Rosario & Mukjizat2 yang Terjadi

Devosi

Beatifikasi Bartolo Maria Longo

Paus Yohanes Paulus II & SP Maria dari Pompeii

Meditasi

Pompeii, Campania, Italia

Pompeii mengalami banyak musibah dan masa-masa sulit. Namun demikian, di tahun-tahun belakangan ini, musibah telah diubah menjadi kemenangan Santa Perawan Maria Ratu Rosario, dan masa-masa sedih telah digantikan dengan para peziarah yang tak terhitung banyaknya yang dengan penuh sukacita mengalami berbagai mukjizat dan menerima berlimpah rahmat.

Salah satu dari musibah awal yang menimpa Pompeii terjadi pada tahun 79, ketika Gunung Vesuvius meletus dengan dahsyat. Gunung berapi itu menghancur-luluhkan kota Romawi tersebut serta menguburnya dengan abunya selama berabad-abad. Di kemudian hari, kota yang bekembang sekitar satu mil jauhnya dari reruntuhan tersebut juga mengalami musibah, ketika pada tahun 1659 suatu wabah malaria yang ganas menyerang kota dan membunuh hampir seluruh penduduk di sana.

Sebuah gereja kuno yang dibangun sebelum terjadi wabah pada akhirnya hancur pada tahun 1740. Sebuah gereja kecil didirikan sebagai gantinya. Dari paroki yang dulunya berkembang pesat, hanya tinggal sedikit saja umat yang tersisa - dan mereka dilayani oleh seorang imam yang sudah tua dan capai. Akhirnya, di samping berbagai macam takhyul yang menyebar di antara penduduk, mereka juga disusahkan dan dibuat tak berdaya oleh kawanan penyamun yang meneror serta menjarah mereka. Lama-kelamaan Pompeii dikenal sebagai “sarang para penyamun yang bengis dan kejam.”

Namun demikian, Bunda Maria tidak pernah meninggalkan anak-anaknya. Tempat-tempat yang paling tidak mungkin telah dipilihnya untuk medatangkan keajaiban-keajaiban yang dilakukannya bagi mereka yang mengabdi kepadanya. Alat yang dipergunakannya untuk menaklukkan kota yang malang ini adalah Bartolo Longo (1841-1926), yang pada mulanya tampak sebagai pilihan yang sangat tidak tepat.

Beato Bartolo Longo - Rasul Rosario

Bartolo Longo dilahirkan pada tahun 1841, putera seorang dokter. Ia menempuh pendidikan sebagai pengacara di Naples. Dalam masa pendidikannya itu, Bartolo menggabungkan diri dalam suatu sekte setan dan 'ditahbiskan' sebagai imam Setan. Selama bertahun-tahun ia melaksanakan tugasnya sebagai 'imam' dengan menyampaikan khotbah, memimpin ritual-ritual, mencemooh serta menghina Gereja Katolik dan para imam, serta berbicara menentang segala sesuatu yang berhubungan dengan agama Katolik.

Seorang teman yang baik, Vincentius Pepe, perlahan-lahan menunjukkan kepada Bartolo kelemah-lembutan Kristus dan mengatur agar Bartolo dapat bertemu dengan seorang imam Dominikan yang kudus, Pastor Alberto Radente. Pastor Alberto memiliki devosi pribadi yang mendalam kepada Bunda Maria dan sebisanya menyebarluaskan devosi rosario. Ketika Bartolo Longo dibaptis, ia memilih nama tengah 'Maria', sebagai nama baptisnya. Ia memandang Bunda Maria sebagai “Pengungsian Orang Berdosa” dan mengungkapkan sesal dan tobatnya yang mengagumkan kepadanya. Maria adalah “Pengungsian” yang akan menghantarnya kepada Kristus.

Setelah pertobatannya, Bartolo Maria Longo, ingin melakukan sesuatu sebagai silih atas kehidupannya di masa silam dan melayani Gereja yang dulu difitnahnya dengan keji. Ia bergabung dengan sekelompok orang yang menaruh perhatian kepada mereka yang miskin dan sakit. Salah seorang anggota kelompok tersebut adalah Countess di Fusco, seorang janda kaya yang mempunyai tanah dan hak milik dekat reruntuhan Pompeii. Dipercaya olehnya untuk mengumpulkan uang sewa, Bartolo melihat sendiri kekumuhan kota Pompeii dan kemiskinan rohani penduduknya. Ia berikrar untuk melayani mereka yang miskin dan papa. Bartolo menerbitkan sebuah pamflet berjudul “Rosario dari Pompeii yang Baru” dan mempergunakan segala daya upayanya untuk menyebarluaskan devosi tersebut.

Suatu hari pada bulan Oktober 1872, sementara ia beristirahat di padang dekat Pompeii, ia teringat akan 'pentahbisannya' sebagai imam Setan. Bartolo mengenang saat itu:

“Saya berpikir bahwa mungkin, sama seperti imamat Kristus adalah untuk selamanya, demikian juga imamat Setan adalah untuk selamanya. Jadi, meskipun saya telah bertobat, saya berpikir bahwa saya masih tetap imam setan, dan bahwa saya masih menjadi hambanya dan miliknya sementara ia menunggu saya di Neraka. Saat merenungkan keadaan saya itu, saya dilanda rasa putus asa yang begitu hebat, hingga hampir bunuh diri. Kemudian saya mendengar gema suara Pastor Alberto di telinga saya yang mengulangi kata-kata Santa Perawan Maria:

'Jika engkau ingin beroleh keselamatan, sebarluaskanlah Rosario. Inilah janji Bunda Maria sendiri: Barangsiapa menyebarluaskan Rosarioku akan diselamatkan.'

Kata-kata ini segera mendatangkan pencerahan bagi jiwa saya. Saya jatuh berlutut dan berseru, 'Jika yang engkau katakan benar, bahwa mereka yang menyebarluaskan Rosariomu akan diselamatkan, maka aku pasti beroleh keselamatan, karena aku tidak akan meninggalkan dunia ini tanpa menyebarluaskan Rosario.' Bagai jawab atas ikrar saya, lonceng kecil gereja paroki Pompeii berdentang, mengundang umat mendaraskan Angelus. Kebetulan ini seperti tanda peneguhan atas kebulatan tekad saya.”

Bartolo Maria membujuk masyarakat sekitar untuk membantunya membersihkan gereja yang telah rusak. Kemudian ia mengundang mereka datang sore hari untuk berdoa rosario bersama. Hanya beberapa anak yang ingin tahu saja yang datang. Laskar rosario itu mengunjungi setiap gubug dan rumah untuk membagikan rosario, medali serta mendorong mereka berdoa rosario. Tetapi, misinya itu tidak berhasil baik. Mereka menyukai dan menghormati Don Bartolo, tetapi mereka tidak mengerti dan tidak mau peduli untuk belajar rosario.

Bartolo kemudian mensponsori diadakannya festival pada Pesta Ratu Rosario pada tahun 1873. Usahanya gagal. Hujan turun, dan imam menyampaikan khotbahnya dalam bahasa Italia resmi, bukan dalam dialek setempat yang dapat dimengerti penduduk. Tahun berikutnya ia mencoba lagi, tidak lebih berhasil dari sebelumnya, tetapi ia berhasil mengajari beberapa orang berdoa rosario. Tahun ketiga, Bartolo mengundang Imam-Imam Redemptoris untuk mengadakan misi di sana selama dua minggu. Sebagai persiapan, ia memugar sepenuhnya gereja kecil Pompeii. Kali ini misinya berhasil baik dan mendapat restu dari bapa uskup. Sesungguhnya, bapa uskup telah meramalkan akan adanya sebuah gereja besar dan tempat ziarah di sana di masa mendatang.

Bartolo memulai proyeknya dengan pertama-tama mencari sebuah lukisan Santa Perawan Maria Ratu Rosario. Bartolo mendapatkan lukisan yang cocok di sebuah toko di Naples. Sayangnya, ia tidak mampu membelinya. Ia kemudian memperoleh informasi bahwa lukisan tersebut kurang sesuai untuk maksudnya, karena Hukum Kanon pada waktu itu menetapkan bahwa lukisan haruslah dilukis dengan cat minyak diatas kanvas atau kayu. Sedangkan lukisan yang ia pilih dilukis di atas kertas.

Bartolo menceritakan kekecewaannya kepada Pastor Alberto Radente, yang memberitahukan kepadanya akan sebuah lukisan yang dimiliki seorang biarawati, Moeder Concetta, di biaranya. Karena Moeder sudah menyetujuinya, Pastor Alberto mendorong Bartolo untuk meminta lukisan tersebut. Lukisan itu sesungguhnya ditemukan Pastor Alberto di sebuah toko loak. Pastor membelinya dengan harga hanya delapan carlins, atau setara dengan satu dollar. Pastor kemudian memberikan lukisan Santa Perawan tersebut kepada Moeder Concetta.

Ketika Bartolo melihat lukisan tersebut, ia sungguh sangat kecewa dengan kondisinya yang menyedihkan. Bartolo menggambarkannya sebagai berikut:

“Tidak saja lukisan itu telah dimakan rayap, tetapi wajah Madona adalah wajah wanita desa yang kasar … secuil kanvas hilang tepat di atas kepalanya… mantolnya retak. Tak ada yang dapat dikatakan tentang figur-figur lainnya yang mengerikan. St. Dominikus tampak seperti seorang idiot jalanan. Di sebelah kiri Santa Perawan adalah St. Rosa. Di kemudian hari, saya mengubahnya menjadi St. Katarina dari Siena… Saya ragu-ragu apakah sebaiknya menolak atau menerima pemberian ini.”

Moeder Concetta membujuk Bartolo agar menerimanya, “Ambillah; engkau akan melihat bagaimana Bunda Maria akan mempergunakan lukisan ini untuk mendatangkan banyak mukjizat.” Kata-kata tersebut memang terbukti kelak.

Lukisan Santa Perawan terlalu besar bagi Bartolo untuk dapat dibawanya pulang dari Naples ke Pompeii. Ia membungkusnya dengan sehelai kain lalu menyerahkannya kepada seseorang yang akan mengantarkannya ke kapel. Karena tidak tahu gambar yang terlukis di dalamnya, orang tersebut menempatkan lukisan di keretanya, di atas pupuk muatannya. Dengan cara demikianlah Ratu Rosario tiba di Pompeii. Lukisan tiba pada tanggal 13 November 1875. Setiap tahun umat beriman merayakan hari kedatangan lukisan tersebut dengan doa-doa dan ibadat khusus.

Dua bulan setelah kedatangannya, yaitu pada bulan Januari 1876, restorasi pertama atas lukisan tersebut oleh seorang pelukis amatir berhasil diselesaikan. Pada hari peresmian Persaudaraan dalam Rosario Suci yang dibentuk oleh Bartolo Longo, yaitu pada tanggal 13 Februari 1876, lukisan ditempatkan dalam gereja. Restorasi berikutnya dilakukan pada tahun 1879, oleh Federico Madlarelli, seorang pelukis Italia terkenal. Restorasi terakhir dilakukan oleh para pelukis Vatikan pada tahun 1965.



Wednesday, July 25, 2007

Bunda Penolong ABADI



Bunda Penolong Abadi

27 JULI : PESTA BUNDA PENOLONG ABADI

Dalam sebuah pelayaran mengarungi samudera, sebuah kapal diterpa badai. Semua penumpang panik termasuk kapten kapal dan anak buahnya. Berbagai usaha telah dicoba agar kapal tidak tenggelam, namun tampaknya sia-sia. Seorang penumpang teringat akan bawaannya. Ia buka bungkusnya dan nampaklah sebuah lukisan Bunda Maria. Sambil memperlihatkan lukisan Bunda Maria di tangannya ia berkata kepada semua penumpang kapal, "Mari kita berdoa mohon perlindungan Maria Bintang Laut."

Tengah mereka berlutut dan berdoa tiba-tiba langit yang tadinya gelap berawan menjadi cerah. Angin yang selama beberapa jam membuat perahu oleng mulai reda. Begitu juga gelombang laut pelan-pelan menjadi teduh. Akhirnya kapal merapat di pelabuhan Roma. Semua penumpang selamat.

Pemilik lukisan langsung menuju ke rumah kawannya. Sayang, usia orang itu tidak lama. Sebelum meninggal ia berpesan kepada kawannya untuk menyerahkan lukisan kepada salah satu gereja di Roma. Kawannya melihat lukisan itu indah, tetapi juga aneh. Tidak sebagaimana lukisan Bunda Maria yang pernah ia lihat, lukisan ini memberi suatu pesan khusus yang sulit dilupakan.

Gambar ajaib itu memperlihatkan Bunda Maria sedang menggendong Kanak-kanak Yesus. Sikap dan wajah Yesus memperlihatkan rasa cemas. Yesus yang masih kecil nampaknya mencari perlindungan pada bunda-Nya. Tangan-Nya yang mungil menggenggam erat-erat tangan Bunda Maria. Mata Yesus menunjukkan rasa cemas. Keterkejutan dan usaha menyelamatkan diri secara tergesa-gesa nampak dari salah satu sandalnya yang tergantung dan hampir terlepas .

Menurut pelukisnya, kemungkinan ia berasal dari pulau Kreta di Eropa Timur, ketika itu Yesus sedang bermain. Tiba-tiba datang dua orang malaikat. Pasti Yesus terkejut. Ia segera lari ke pangkuan bunda-Nya untuk mohon perlindungan. Bunda Maria juga sempat terkejut sebelum mengetahui apa yang terjadi. Ada alasan yang kuat mengapa Yesus kecil terkejut ketika melihat dua malaikat tersebut. Utusan Tuhan itu memperlihatkan secara jelas salib, paku-paku, lembing dan bunga karang yang penuh cuka dan empedu. barang-barang ini, seperti kita ketahui, kelak akan menjadi alat kesengsaraan Yesus ketika Ia memikul salib dan wafat di Kalvari. Sebagai anak kecil Yesus ketakutan. Ia merasa ngeri. Karena itu Ia memeluk Maria. Jari-jari-Nya gemetar dalam genggaman Bunda Maria yang aman. Dengan penuh kasih keibuan, Bunda Maria merapatkan Kanak-kanak Yesus lebih dekat ke tubuhnya. Dalam pelukan Maria, Yesus merasa aman.

Kawan pemilik lukisan sangat menyukai lukisan Bunda Penolong Abadi; ia menyimpannya. Malam hari Bunda Maria menampakkan diri kepadanya dalam suatu mimpi. Bunda Maria mengingatkannya untuk melaksanakan pesan kawannya sebelum meninggal, yaitu menyerahkan lukisan kepada gereja. Mimpinya disampaikan kepada isterinya, tetapi mereka masih tetap menyimpannya. Tak lama kemudian ia pun meninggal. Ia telah berpesan kepada isterinya untuk menyerahkan lukisan ke gereja. Namun demikian isterinya bertekad untuk tetap menyimpannya. Bunda Maria kembali mengingatkan keluarga itu melalui anak gadisnya, "Ibu, aku melihat seorang wanita yang amat cantik. Ia berkata kepadaku, 'katakan kepada ibumu, Bunda Penolong Abadi minta supaya lukisan dirinya ditempatkan di salah satu gereja.'

Akhirnya lukisan diserahkan ke Gereja St. Alfonsus di Roma dan disimpan disana selama kurang lebih 300 tahun. Selama itu pula tempat tersebut menjadi terkenal karena mukjizat-mukjizat yang terjadi. Pada tahun 1798, di jaman Napoleon berkuasa, para imam diusir. Salah seorang imam sempat menyimpan lukisan Bunda Penolong Abadi di sebuah kapel kecil dan lukisan itu pun terlupakan selama 70 tahun.

Seorang bruder tua masih ingat riwayat lukisan itu. Ia menceritakannya kepada seorang anak kecil yang kemudian menjadi seorang imam Redemptoris. Ia menceritakannya pula kepada sesama imam hingga akhirnya berita ini terdengar juga oleh Paus. Paus memerintahkan agar lukisan tersebut diperlihatkan dan dihormati. Pada tahun 1866 lukisan Maria Penolong Abadi ditempatkan kembali secara resmi di Gereja St. Alfonsus, Roma .

Lukisan Maria Penolong Abadi yang asli dilukis di atas kayu. Usianya kira-kira 500 tahun. Paus Pius IX berpesan kepada para imam Redemptoris, "Perkenalkanlah dia ke seluruh dunia". Sejak itu lukisan Maria Penolong Abadi diperbanyak dan duplikatnya disebarkan ke seluruh dunia. Konsili Vatikan II dalam salah satu butir penghormatan kepada Maria memberikan nama Penolong Abadi (Perpetual Help). Pertimbangannya ialah karena nama itu secara ajaib menonjolkan dan menekankan pengasuhan keibuan yang dilakukan Maria terhadap Gereja yang kini masih berjuang di dunia.

MAKNA GAMBAR














a. Paraf Yunani yang artinya "Bunda Allah"
b. Bintang di cadar Bunda Maria. Beliaulah Bintang Lautan … yang membawa cahaya Kristus kepada kegelapan dunia ini … Bintang yang membimbing kita dengan aman menuju rumah Surgawi
c. Paraf Yunani untuk "Malaikat Agung Mikael". Ia dilukiskan sedang memegang lembing dan bunga karang alat sengsara Kristus.
d. Mulut Maria digambar mungil sebagai lambang sedikit berbicara dan dalamnya kehidupan kontemplasi Sang Perawan.
e. Jubah Merah, warna yang dikenakan oleh para perawan pada zaman Kristus.
f. Mantel Biru Tua, warna yagn dipakai para ibu di Palestina. Maria adalah perawan dan ibu.
g. Tangan-tangan Kristus menggenggam erat ibu jari Bunda-Nya, menyatakan kepada kita kepercayaan yang harus kita berikan di dalam doa-doa kepada Bunda Maria.
h. Mahkota emas dilukis dalam gambar aslinya, merupakan tanda dari banyaknya doa yang terkabul yang ditujukan kepada Bunda Maria yang disebut sebagai "Bunda Penolong Abadi"
i. Paraf Yunani untuk "Malaikat Agung Gabriel". Ia memegang salib dan paku-paku.
j. Mata Bunda Maria digambar besar, mata itu melihat tembus pada kebutuhan-kebutuhan kita dan mengundang permohonan-permohonan.
k. Paraf Yunani untuk "Yesus Kristus".
l. Tangan Kiri Bunda Maria menopang Kristus dengan eratnya, menyatakan kepada kita jaminan yang kita peroleh dalam pengabdian terhadap Bunda Allah.
m. Sandal yang terjatuh, suatu tanda bahwa bagi mereka yang merenungkan sengsara Kristus akan memperoleh penyelamatan dan memasuki jenjang pewaris-Nya yang abadi (Rut 4:7-8)


Doa Novena

BUNDA PENOLONG ABADI
DOAKANLAH KAMI

Bunda Penolong Abadi, dengan penuh kepercayaan dan harapan kami berlutut di hadapanmu.
Belum pernah ada orang yang sia-sia mencari perlindunganmu.
Semasa hidupmu sebagai ibu, engkau seringkali memberi pertolongan kepada Yesus Puteramu.
Dengan penuh kasih sayang engkau melindungi dan membimbing-Nya selama masa muda-Nya.
Selama hidup-Nya di muka umum engkau menghibur-Nya dan memberi dorongan kepada-Nya.
Pada saat Dia menderita, engkau mendampingi dan menguatkan-Nya.
Demikian juga jadilah bagi kami seorang ibu yang selalu menolong kami.

Bunda Maria, kami ini juga anakmu.
Di kayu salib, Putera Ilahimu telah memberikan dikau sebagai bunda kami
dan engkau telah menerima kami sebagai anakmu.
Kami tahu engkau memberi anak-anakmu -khususnya mereka yang menghormatimu sebagai
Bunda Penolong Abadi- rahmat dan berkat yang tak terhitung banyaknya untuk jiwa raga mereka.
Dengan penuh syukur kami mengucapkan terima kasih untuk segala perlindungan
bagi kami dan bagi mereka semua.

Bunda Penolong Abadi, jangan biarkan kami sekarang pergi tanpa penghiburanmu.
Kami selalu memerlukan bantuanmu, teristimewa dalam kesulitan yang sekarang ini kami alami .....
Bunda Maria pandanglah kami dengan penuh kebaikan dan kasih sayang.
Jadilah perantara kepada Putera Ilahimu untuk memperoleh anugerah-anugerah ......
yang kami mohon dengan sangat dalam doa ini.
Kami berjanji akan berterima kasih kepadamu selama hidup kami,
sampai kami datang bersyukur kepadamu di surga.

Bunda yang berkuasa, baik bagi kami,
Engkau dapat menolong kami,
Engkau pasti berkenan menolong kami,
Engkau bersedia menolong kami,
O Bunda Penolong Abadi yang setia,
terimalah doa kami. Amin.

sumber : AVE MARIA No. 9 Juli 1997; diterbitkan oleh Marian Centre Indonesia

Monday, July 16, 2007

SP Maria dari Naju


SP Maria dari Naju

Santa Perawan Maria, Bunda Sang Penebus, mulai menangis melalui patung Bunda Maria milik Yulia Kim di Naju, Korea, pada tanggal 30 Juni 1985. “Naju” dalam karaketer Mandarin berarti kota sutera. Naju memang merupakan kota kecil, tetapi damai dan indah bagaikan hamparan sutera.

Sejak itu, Bunda Maria menyampaikan banyak pesan dan tanda-tanda mukjizat, mendesak anak-anaknya di dunia untuk segera bertobat atas dosa-dosa mereka dan kembali kepada Tuhan, Gereja-Nya, Kebenaran-Nya, dan Kasih-Nya, agar Ia dapat menyembuhkan jiwa-jiwa mereka yang penuh dosa serta memulihkan kembali hidup rohani mereka. Teristimewa Bunda Maria mohon dengan sangat kepada kita agar kita setia pada Warisan Iman yang dipercayakan Kristus kepada Gereja-Nya dua ribu tahun yang silam, dan agar kita saling mengasihi serta saling mengampuni satu sama lain. Bunda Maria juga meminta kita untuk menghormati hidup manusia sejak saat pembuahan dalam rahim ibu.

Bunda Maria menghendaki agar masing-masing kita berbalik dari kehidupan yang berpusat pada diri sendiri kepada kehidupan untuk melayani Tuhan, yaitu membela serta mewartakan Kebenaran-Nya, serta menyebarluaskan Kasih-Nya kepada siapa saja di seluruh dunia

PESAN-PESAN DARI YESUS DAN BUNDA MARIA

  1. Yulia Kim pertama kali menerima pesan Bunda Maria pada tanggal 18 Juli 1985. (Menarik disimak bahwa penampakan Bunda Maria pertama kali kepada St. Katarina Labouré dari Medali Wasiat di Paris, Perancis, juga terjadi pada tanggal yang sama, yaitu 18 Juli tahun 1830).

Sejak itu, Yulia menerima banyak pesan dari Yesus dan dari Bunda Maria dengan selang waktu yang tak tetap. Terkadang, Yulia menerima lebih dari satu pesan pada hari yang sama; di lain waktu, dengan selang waktu beberapa minggu atau bahkan bulan sebelum ia menerima pesan berikutnya. Terkadang, Yulia menerima pesan-pesan tersebut dalam ekstasi; di lain waktu, saat ia sadar. Pesan terakhir diterima Yulia pada tanggal 16 Februari 2003.

  1. AIRMATA DAN AIRMATA DARAH DARI PATUNG BUNDA MARIA

Bunda Maria pertama kali meneteskan airmata pada tanggal 30 Juni 1985, sementara airmata darah dimulai pada tanggal 19 Oktober 1986. Bunda Maria menangis selama total tepat 700 hari hingga tanggal 14 Januari 1992. Menurut Rm Raymond Spies, pembimbing rohani Yulia, angka 700 mengandung arti penekanan yang kuat serta terus-menerus. Contoh air mata darah telah diuji dalam laboratorium medis dan dinyatakan sebagai darah manusia.

  1. MINYAK WANGI

Minyak dengan bau harum mewangi yang kuat, serupa (tapi tak sama) dengan harum mawar, mulai memancar dari patung Bunda Maria pada tanggal 24 November 1992 dan berlangsung terus-menerus selama tepat 700 hari hingga tanggal 23 Oktober 1994. Selama rentang waktu itu, Kapel di mana patung ditempatkan hingga sekarang, secara terus-menerus dipenuhi bau harum. Baru-baru ini, minyak wangi menetes beberapa kali ke atas tanah di Bukit Santa Perawan Maria dekat Naju ketika Yulia dan para peziarah melakukan Jalan Salib.

  1. HARUM MAWAR Kadang kala harum mawar yang kuat memenuhi Kapel sepanjang malam saat diadakan doa malam; di lain waktu, hanya muncul sesaat saja. Sebagian orang mencium harum ini dari air yang berasal dari sumber mata air di Bukit SP Maria, dari buku yang mencatat pesan-pesan kasih, dari foto-foto, dsbnya. Sebagian lainnya mencium harum mawar sementara mereka menuliskan kesaksian mereka. Kadang, harum tersebut hanya tercium oleh orang-orang tertentu saja (yang mungkin sedang mengalami pertobatan atau penyembuhan fisik).

  1. MUKJIZAT EKARISTI

Mukjizat Ekaristi meliputi perubahan rupa dari Ekaristi Kudus menjadi Daging dan Darah yang kelihatan mata. Mukjizat ini terjadi lewat Yulia, di Gereja Paroki Naju dan Kapel, di Bukit Santa Perawan Maria di Naju, di Gereja Katedral di Sibu - Malaysia, di sebuah kamar hotel di Roma, di Gereja St. Fransiskus di Lanciano - Italia, di Gereja St. Antonius di Kailua, Hawai, dan di kapel pribadi Bapa Suci di Vatikan. Yang paling akhir terjadi di Gereja Paroki Naju pada tanggal 19 Oktober 1996.

  1. MUKJIZAT TURUNNYA HOSTI KUDUS

Mukjizat ini terjadi delapan kali di Kapel dan di bukit di Naju. Yang paling akhir terjadi di Bukit SP Maria pada tanggal 1 Januari 2002. Beberapa dari Hosti Kudus yang turun secara ajaib itu disimpan di Keuskupan Agung Kwangju dan yang lainnya disantap sesuai instruksi uskup atau imam.

  1. STIGMATA

Luka-luka berdarah yang kelihatan muncul secara ajaib pada tubuh Yulia (telapak tangan, kaki dan lambung) beberapa kali. Stigmata bertahan selama beberapa hari dan kemudian lenyap. Biasanya, stigmata terjadi saat Yulia sedang ikut mengalami sengsara Yesus di Salib. Para dokter memeriksa kondisi Yulia dan menyatakan bahwa luka-lukanya dan juga pendarahannya tidak dapat dijelaskan secara medis.

  1. TURUNNYA DARAH YESUS YANG MAHASUCI

Antara tanggal 9 November 2001 hingga 15 Agustus 2002, Darah Yesus Yang Mahasuci turun secara ajaib di Bukit SP Maria beberapa kali. Darah Yesus Yang Mahasuci tercecer di atas ribuan batu-batu kecil. Yulia menyaksikan bagaimana Hati Yesus Yang Mahakudus tercabik-cabik karena dosa-dosa manusia dan karena penolakan manusia untuk bertobat; Darah dan potongan-potongan Daging jatuh tercecer dari Hati Yesus Yang Mahakudus. Dari salah satu bebatuan yang dikumpulkan pada tanggal 15 Agustus 2002, Darah yang Mahasuci didapati berubah-ubah antara cair dan mengental. Batu-batuan yang bernoda darah disimpan di Naju.

  1. PENYEMBUHAN2 JASMANI DAN ROHANI YANG TAK TERHITUNG BANYAKNYA

Air dari sumber mata air di Bukit SP Maria telah berulang kali menjadi sarana penyembuhan. Seringkali Yulia menanggung sakit yang sama seperti yang diderita oleh orang yang sedang disembuhkan penyakitnya.

Banyak orang mendapatkan kembali cinta kasih dan kedamaian dalam keluarga-keluarga mereka serta kembali pada Sakramen-sakramen Gereja.

sumber : “Mary's Ark of Salvation”; www.najumary.net

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “disarikan dan diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Blessed Mother's House, Naju - Korea

SP Maria dari Fatima

SP Maria dari Fatima



"Setiap orang, mulai dari dirinya sendiri, harus berdoa rosario dengan lebih khidmat .....
dan benar-benar mempraktekkan yang kuanjurkan yaitu devosi Sabtu Pertama setiap bulan."

Pesan Bunda Maria Fatima kepada Lucia 1 Mei 1987


Fatima adalah sebuah kota kecil sebelah utara kota Lisbon di Portugal. Pada tahun 1917 Bunda Maria menampakkan diri di Fatima kepada tiga orang anak gembala. Mereka adalah Lucia dos Santos berumur 10 tahun, sepupunya bernama Fransisco Marto berumur 9 tahun dan Jacinta Marto berumur 7 tahun.

Penampakan Maria didahului tiga penampakan Malaikat setahun sebelumnya yang mempersiapkan anak-anak ini untuk penampakan Bunda Maria. Malaikat mengajarkan kepada anak-anak, dua doa penyilihan yang harus didoakan dengan hormat yang besar. Pada penampakan terakhir di musim gugur 1916, Malaikat memegang sebuah piala. Ke dalam piala ini meneteslah darah dari sebuah Hosti yang tergantung di atasnya. Malaikat memberi ketiga anak itu Hosti sebagai Komuni Pertama mereka dari piala itu. Anak-anak tidak menceritakan penampakan ini kepada orang lain. Mereka melewatkan waktu yang lama dalam doa dan keheningan.

13 Mei 1917 Pesta Bunda Maria dan Sakramen Mahakudus. Ketiga anak itu sedang menggembalakan ternaknya di Cova da Iria, sebuah padang alam yang amat luas, kira-kira satu mil dari desa mereka. Tiba-tiba mereka melihat sebuah kilatan cahaya dan setelah kilatan yang kedua, muncul seorang wanita yang amat cantik. Pakaiannya putih berkilauan. Wanita yang bersinar bagaikan matahari itu berdiri di atas sebuah pohon oak kecil dan menyapa anak-anak:

"Janganlah takut, aku tidak akan menyusahkan kalian. Aku datang dari surga. Allah mengutus aku kepada kalian. Bersediakah kalian membawa setiap korban dan derita yang akan dikirim Allah kepada kalian sebagai silih atas banyak dosa -sebab besarlah penghinaan terhadap yang Mahakuasa- bagi pertobatan orang berdosa dan bagi pemulihan atas hujatan serta segala penghinaan lain yang dilontarkan kepada Hati Maria yang Tak Bernoda?"

"Ya, kami mau," jawab Lucia mewakili ketiganya. Dalam setiap penampakan, hanya Lucia saja yang berbicara kepada Bunda Maria. Jacinta dapat melihat dan mendengarnya, tetapi Fransisco hanya dapat melihatnya saja.

Wanita itu juga meminta anak-anak untuk datang ke Cova setiap tanggal 13 selama 6 bulan berturut-turut dan berdoa rosario setiap hari.

13 Juni 1917 ketiga anak itu pergi ke Cova. Pada kesempatan itu Bunda Maria mengatakan bahwa ia akan segera membawa Jacinta dan Fransisco ke surga. Sedangkan Lucia diminta tetap tinggal untuk memulai devosi kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda. Ketika mengucapkan kata-kata ini, muncullah dari kedua tangan Maria sebuah cahaya. Di telapak tangan kanannya nampak sebuah hati yang dilingkari duri, Hati Maria Yang Tak Bernoda yang terhina oleh dosa manusia.

"Yesus ingin agar dunia memberikan penghormatan kepada Hatiku yang Tak Bernoda. Siapa yang mempraktekkannya, kujanjikan keselamatan. Jiwa-jiwa ini lebih disukai Tuhan, dan sebagai bunga-bunga akan kubawa ke hadapan takhta-Nya."

"Janganlah padam keberanianmu. Aku tidak akan membiarkan kalian. Hatiku yang Tak Bernoda ini akan menjadi perlindungan dalam perjalananmu menuju Tuhan."

13 Juli 1917 "Berkurbanlah untuk orang berdosa. Tetapi teristimewa bila kalian membawa suatu persembahan, ucapkanlah seringkali doa ini: Ya Yesus, aku mempersembahkannya karena cintaku kepada-Mu dan bagi pertobatan orang-orang berdosa serta bagi pemulihan atas segala penghinaan yang diderita Hati Maria yang Tak Bernoda."

Kemudian Bunda Maria memperlihatkan neraka yang sangat mengerikan. Begitu ngeri sampai anak-anak itu gemetar ketakutan.

"Bila kelak, pada suatu malam kalian melihat suatu terang yang tak dikenal, ketahuilah bahwa itu adalah 'Tanda' dari Tuhan untuk menghukum dunia, karena banyaklah kejahatan yang telah kalian lakukan. Akan terjadi peperangan, kelaparan dan penganiayaan terhadap Gereja dan Bapa Suci."

"Untuk menghindari hal itu, aku mohon, persembahkanlah negara Rusia kepada Hatiku yang Tak Bernoda serta komuni pemulihan pada Sabtu pertama setiap bulan."

"Bila kalian berdoa Rosario, ucapkanlah pada akhir setiap peristiwa: Ya Yesus yang baik, ampunilah segala dosa kami, lindungilah kami dari api neraka, hantarkanlah jiwa-jiwa ke dalam surga, terlebih jiwa yang sangat memerlukan pertolongan-Mu."

13 Agustus 1917 anak-anak tidak bisa datang ke Cova karena mereka semua digiring ke pengadilan oleh penguasa daerah setempat. Mereka diancam akan dimasukkan ke dalam minyak panas. Anak-anak dijebloskan ke dalam penjara selama 2 hari. Pada tanggal 19 Agustus Bunda Maria menampakkan diri pada saat anak-anak sedang menggembalakan ternak mereka di Valinhos.

"Berdoalah, berdoalah dan bawalah banyak korban bagi orang berdosa. Sebab betapa banyak yang masuk api neraka karena tidak ada yang berdoa dan berkorban bagi mereka."

13 September 1917 Bunda Maria mendesak lagi tentang betapa pentingnya doa dan kurban. Ia juga berjanji akan datang bersama St. Yusuf dan Kanak-kanak Yesus pada bulan Oktober nanti.

"Dalam bulan Oktober aku akan membuat suatu tanda heran, agar semua orang percaya."

13 Oktober 1917 Bersama anak-anak, sekitar 70.000 orang datang ke Cova untuk menyaksikan mukjizat yang dijanjikan Bunda Maria. Pagi itu hujan deras turun seperti dicurahkan dari langit. Ladang-ladang tergenang air dan semua orang basah kuyub. Menjelang siang, Lucia berteriak agar orang banyak menutup payung-payung mereka karena Bunda Maria datang.

Lucia mengulangi pertanyaannya pada penampakan terakhir ini, "Siapakah engkau dan apakah yang kaukehendaki daripadaku?" Bunda Maria menjawab bahwa dialah Ratu Rosario dan ia ingin agar di tempat tersebut didirikan sebuah kapel untuk menghormatinya. Ia berpesan lagi untuk keenam kalinya bahwa orang harus mulai berdoa Rosario setiap hari.

"Manusia harus memperbaiki kelakuannya serta memohon ampun atas dosa-dosanya."

Kemudian dengan wajah yang amat sedih Bunda Maria berbicara dengan suara yang mengiba:

"MEREKA TIDAK BOLEH LAGI MENGHINA TUHAN YANG SUDAH BEGITU BANYAK KALI DIHINAKAN."

Bunda Maria kemudian pergi ke pohon oak sebagai tanda penampakan berakhir. Awan hitam yang tadinya bagaikan gorden hitam menyingkir ke samping memberi jalan matahari untuk bersinar. Kemudian matahari mulai berputar, gemerlapan berwarna-warni, berhenti sejenak dan mulai berputar-putar menuju bumi. Orang banyak jatuh berlutut dan memohon ampun. Sementara fenomena matahari terjadi, ketiga anak melihat suatu tablo Keluarga Kudus di langit. Di sebelah kanan tampak Ratu Rosario. Di sebelah kirinya St. Yosef menggandeng tangan Kanak-kanak Yesus dan membuat tanda salib tiga kali bagi umatnya. Menyusul visiun yang hanya tampak oleh Lucia seorang diri: Bunda Dukacita bersama Tuhan berdiri di sampingnya dan Bunda Maria dari Gunung Karmel dengan Kanak-kanak Yesus di pangkuannya. Matahari meluncur seolah-olah akan menimpa orang banyak, tiba-tiba ia berhenti dan naik kembali ke tempatnya semula di langit. 70,000 orang yang berkerumun di Cova itu menyadari bahwa pakaian mereka yang tadinya basah kuyub oleh hujan lebat, tiba-tiba menjadi kering. Demikian pula tanah yang tadinya becek dan berlumpur akibat hujan tiba-tiba menjadi kering. Mukjizat matahari selama 15 menit itu disaksikan bukan hanya oleh orang-orang di Cova da Iria saja, tetapi juga oleh banyak orang di sekitar wilayah itu sampai sejauh 30 mil.


sumber : 1. Maria dari Fatima, Rm Petrus Pavlicek OFM - Wina; 2. AVE MARIA No. 10 September 1997; diterbitkan oleh Marian Centre Indonesia

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “disarikan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”

SP Maria dari Kibeho

SP Maria dari Kibeho



Penampakan Pertama

Para Visioner

Penampakan-Penampakan Berikut

Perjalanan Mistik

Nubuat dan Peringatan

Pesan-Pesan Bunda Maria

Persetujuan Resmi Gereja

Rwanda adalah sebuah negeri kecil di bagian tengah Afrika; negeri dengan sederetan pegunungan sehingga sering disebut sebagai Swiss Afrika. Penduduknya berjumlah sekitar 5,5 juta jiwa; separuh dari antara mereka adalah Katolik. Ada dua suku besar di Rwanda: suku Hutu dan suku Tutsi, yang saling bersitegang satu sama lain bertahun-tahun lamanya. Kota Kibeho terletak di bagian selatan negeri yang elok ini; wilayah termiskin di Rwanda.

Sepanjang tahun 1980-1981, kebrobokan merajalela di seluruh negeri. Hampir semua patung-patung Bunda Maria yang ada di pintu-pintu masuk desa dikudungi, dirusakkan, atau dicuri. Suatu masa yang menyedihkan ketika Bunda Maria nyaris dilupakan dan orang tak lagi datang mohon bantuan doanya. Bahkan sebagian imam tak lagi berdoa rosasio, sebab terpengaruh oleh propaganda teolog-teolog sesat yang hendak meyakinkan kita bahwa devosi yang demikian sudah ketinggalan jaman. Umat Katolik dihinakan; kaum klerus mulai menyerah. Pada masa keputusasaan seperti inilah Bunda Maria memilih untuk mengunjungi Rwanda. Penampakan Bunda sang Sabda dimulai pada tanggal 28 November 1981 dan berakhir pada tanggal 28 November 1989.

Penampakan Pertama

Alphonsine Mumureke, 16 tahun (1965), berasal dari sebuah kelurga Katolik yang miskin, adalah seorang siswi di sebuah sekolah biara yang dikelola oleh para biarawati. Selain amat saleh dan senantiasa menunjukkan kasih yang besar kepada Bunda Allah, ia juga biasa ikut ambil bagian dalam Misa Kudus. Berikut kisah penampakan pertama seperti yang diceritakan sendiri oleh Alphonsine:

“Peristiwa itu terjadi pada hari Sabtu, tanggal 28 November 1981, pukul 12:35 siang. Aku sedang berada di kamar makan sekolah, melayani teman-teman sekelas. Sekonyong-konyong, aku mendengar suara yang memanggilku.”

“Puteriku.”

“Aku di sini.”

“Aku pergi ke lorong, dan melihat seorang perempuan yang amat cantik jelita. Aku berlutut, membuat Tanda Salib dan bertanya, `Siapakah engkau?'”

“Ndi Nyina Wa Jambo (dalam bahasa setempat, yang artinya, “Aku adalah Bunda sang Sabda”). Dalam agama, apakah yang engkau sukai?”

“Aku mengasihi Tuhan dan BundaNya, yang memberi kami Kanak-kanak yang menebus kami.”

“Jika demikian, aku telah datang untuk menenangkanmu, sebab aku telah mendengar doa-doamu. Aku menghendaki teman-temanmu memiliki iman, sebab kepercayaan mereka kurang kuat.”

“Bunda sang Juruselamat, jika sungguh engkau itu yang telah datang untuk memberitahukan kepada kami bahwa di sini, di sekolah ini, iman kami lemah, maka engkau sungguh mengasihi kami. Aku sungguh dipenuhi sukacita bahwa engkau menampakkan diri kepadaku.”

Bunda Maria kemudian meminta Alphonsine untuk bergabung dengan Legio Maria dan mengatakan bahwa ia ingin dikasihi dan dipercayai sebagai seorang ibunda, agar ia dapat menghantar kita kepada Putranya, Yesus.

Ketika ditanyakan kepadanya mengenai penampilan fisik Bunda Maria, Alphonsine menjawab, “Santa Perawan tidak berkulit putih seperti ia biasa digambarkan dalam gambar-gambar kudus. Aku tak dapat menentukan warna kulitnya, tetapi ia sungguh cantik tak terperi. Ia bertelanjang kaki dan mengenakan gaun putih tak berjahit, juga sebuah kerudung putih di atas kepalanya. Kedua tangannya dikatupkan di dada dengan jari-jemarinya mengarah ke langit. Sesudahnya, aku diberitahu bahwa aku sedang berada di kamar makan. Teman-teman sekelas mengatakan bahwa aku berbicara dalam beberapa bahasa: Perancis, Inggris, Kinyarwanda, dsbnya.”

“Ketika Santa Perawan hendak pergi, aku mendaraskan tiga `Salam Maria' dan doa `Datanglah Roh Kudus'. Ketika ia pergi, aku melihatnya naik ke surga seperti Yesus.”

Di akhir penampakan, Alphonsine jatuh ke tanah dan tak bergerak hingga seperempat jam lamanya, seolah ia lumpuh; segala usaha untuk membangunkannya dari ekstasi sia-sia belaka. Tak seorang guru maupun biarawati yang percaya akan apa yang diceritakan Alphonsine. Mereka menganggapnya sakit.

Fenomena yang sama terjadi lagi keesokan harinya, 29 November 1981. Pada bulan Desember, penampakan terjadi hampir setiap hari Sabtu. Didorong oleh rasa keingintahuan yang besar, para murid dan guru berusaha mencoba menguji realita ekstasi. Mereka menyulut tubuh Alphonsine dengan korek api, atau menusuknya dengan peniti, tetapi ia tidak bereaksi. Alphonsine banyak menderita. Mereka mengolok-oloknya, “Ini dia, si penglihat datang!” Dalam penampakan tanggal 8 Mei 1982, Alphonsine mengeluh kepada Bunda Maria, “Orang banyak mengatakan bahwa kita gila.”

Sementara itu, sebagian murid datang membawa rosario agar diberkati oleh Santa Perawan. Semua rosario dikumpulkan dan dicampur menjadi satu, hingga tak mungkin bagi Alphonsine untuk mengenali pemilik masing-masing. Ketika Alphonsine mengambil rosario dan menyerahkannya kepada Bunda Maria, sebagian rosario menjadi begitu berat hingga Alphonsine tak mampu mengangkatnya dan memintakan berkat. Sesudahnya, barulah orang tahu bahwa rosario yang demikian adalah milik murid-murid yang tidak percaya akan penampakan dan yang memperoloknya.

Para Visioner

Karena kuatnya pertentangan antara yang percaya dan yang tidak, sebagian guru dan murid mengatakan, “Kami percaya akan kedatangan Bunda Maria, Bunda Allah, ke sekolah kita, hanya jika ia menampakkan diri juga kepada yang lain selain Alphonsine.” Yang ditanggapi Alphonsine dengan, “Berdoalah agar kalian mendapatkan rahmat itu.”

Pada tangal 12 Januari 1982, Bunda Maria mengabulkan doa mereka dan menampakkan diri kepada Anathalie Mukamazimpaka (1965), berasal dari sebuah keluarga Katolik, seorang anggota Legio Maria. Pesan-pesan yang disampaikan Bunda Maria kepadanya, yang berakhir pada tanggal 3 Desember 1983, berpusat pada doa dari hati, matiraga, penyerahan diri kepada Tuhan, dan kerendahan hati. Begitu Anathalie juga mendapatkan penampakan, sebagian besar komunitas menerima penampakan Bunda Maria sebagai kebenaran.

Pada tanggal 2 Maret 1982, semua orang dibuat tercengang-cengang ketika Bunda Maria menampakkan diri pula kepada Marie Claire Mukangango (1961), sebab ia adalah seorang dari mereka yang paling menunjukkan ketidakpercayaannya. Kehidupan Kristianinya tidak istimewa, bahkan jauh dari teladan! Ia mengalami masalah dalam disiplin dan harus satu tahun tinggal kelas. Ia memperolok Alphonsine sebagai “si tolol”. Dan sekarang, gilirannyalah dikuasai oleh kuasa adikodrati. Sejak saat itu, Marie Claire tak hentinya menasehatkan kepada orang banyak, “Kita patut merenungkan sengsara Yesus dan dukacita mendalam BundaNya. Hendaknyalah kita mendaraskan rosario setiap hari, dan juga Rosario Tujuh Duka SP Maria, demi mendapatkan rahmat tobat.” Penampakan Bunda Maria kepada Marie Claire berlangsung enam bulan lamanya dan berakhir pada Peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita, tanggal 15 September 1982.

Selain ketiga siswi di atas, ada empat orang lainnya yang menyatakan diri mendapatkan penampakan Bunda Maria juga. Mereka adalah: Stephanie Mukamurenzi (1968); Agnes Kamagaju (1960); Segatashya (1967), seorang anak laki-laki kafir yang kemudian mendapat nama kristen Emanuel; Vestine Salima (1960), seorang wanita muslim. Namun demikian, hingga kini hanya tiga orang saja yang diakui secara resmi oleh Gereja, yaitu: Alphonsine Mumureke, Anathalie Mukamazimpaka dan Marie Claire Mukangango.

Penampakan-Penampakan Berikut

Penampakan pertama pada tanggal 28 November 1981 terjadi siang hari di kamar makan sekolah; hari berikutnya penampakan terjadi sore hari di asrama, di kamar visioner hingga tanggal 16 Januari 1982. Sesudah itu, penampakan biasa terjadi di asrama para murid atau di kapel. Di sanalah para murid datang untuk berdoa sore hari dan merupakan saat yang disukai Bunda Maria untuk datang mengunjungi mereka. Para murid ada di sana selama penampakan; seringkali pembicaraan dengan Bunda Maria adalah mengenai kehidupan sekolah. Bunda Maria memberikan nasehat, membesarkan hati, berbicara demi menghantar mereka di jalan yang benar. Bunda Maria adalah sungguh seorang ibunda yang , dengan kasih keibuannya, mendidik putera-puterinya. Penampakan-penampakan ini dianggap privat dan masyarakat umum tidak diperkenankan ikut.

Namun demikian, masyarakat umum dapat ikut ambil bagian dalam penampakan yang juga terjadi di halaman sekolah. Di sana berlangsung pembicaraan antara visioner dengan Bunda Maria. Semua yang hadir dapat mendengar kata-kata yang diucapkan visioner, namun tentu saja, mereka tak dapat mendengarkan perkataan Santa Perawan Maria.

Segera saja orang berbondong-bondong datang dari segenap penjuru negeri. Guna mengakomodasi orang banyak itu, sebuah podium yang diperlengkapi dengan pengeras suara didirikan di halaman biara. Dengan demikian, para anggota komisi kesehatan dan komisi teologis dan juga para wartawan dapat bergerak leluasa, dan terlebih lagi, khalayak ramai dapat mendengar dialog yang terjadi. Para visioner akan memadahkan lagu-lagu pujian atau mendaraskan rosario hingga kedatangan Santa Perawan seperti yang telah diberitahukan sebelumnya kepada mereka. Pada tanggal 15 Agustus 1982, diperkirakan ada sekitar 20.000 orang yang hadir.

Terkadang, pada waktu penampakan terjadi, khalayak ramai juga menyaksikan berbagai fenomena adikodrati seperti mukjizat matahari (serupa di Fatima): matahari menari-nari dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah selama sepuluh menit, matahari sekonyong-konyong lenyap ditelan langit dan digantikan oleh bulan yang kehijau-hijauan; pula bintang-bintang menari dan salib-salib bercahaya di langit.

Di akhir penampakan, Santa Perawan meminta para visioner untuk memberkati khalayak ramai. Para visioner berada dalam keadaan ekstasi; mereka tidak melihat orang banyak, melainkan sebuah taman bunga, sebagian bunga tampak segar sementara yang lainnya layu. Santa Perawan meminta mereka menyirami bunga-bunga itu, sembari menjelaskan bahwa bunga-bunga segar mewakili jiwa-jiwa yang hatinya bertaut pada Tuhan, sedangkan bunga-bunga layu mewakili jiwa-jiwa yang hatinya bertaut pada hal-hal duniawi, khususnya harta.

Meski banyak mukjizat, namun mukjizat terbesar yang terjadi di Kibeho adalah gelombang pertobatan dan doa. Pada akhir tahun 1983, semua penampakan di Kibeho berakhir, terkecuali penampakan kepada Alphonsine yang berakhir pada tanggal 28 November 1989.

Perjalanan Mistik

Alphonsine mengalami fenomena ini pada tanggal 20 dan 21 Maret 1982. Sebelumnya ia telah memberitahukan kepada Suster Direktris dan teman sekelasnya, “Aku akan tampak mati, tapi janganlah takut; jangan kuburkan aku!” Bunda Maria sebelumnya telah mengatakan kepada Alphonsine bahwa ia akan membawanya dalam suatu perjalanan bersamanya; perjalanan ini memakan waktu hingga 18 jam lamanya. Para imam, kaum religius, para perawat, pula para pelayan kesehatan Palang Merah, semuanya dapat melihat Alphonsine tenggelam dalam suatu tidur yang dalam; tubuhnya lurus kaku dan amat berat; mereka tak dapat mengangkat tubuhnya maupun memisahkan kedua tangannya yang terjalin erat. Dalam perjalanan ini, Bunda Maria memperlihatkan kepadanya surga, api penyucian dan neraka.

Fenomena mengesankan lainnya yang terjadi di Kibeho adalah puasa dan hening yang diminta oleh Bunda Maria. Anathalie berpuasa selama 14 hari lamanya - dari tanggal 16 Februari hingga 2 Maret 1983 - dan hanya hidup dari Ekaristi Kudus. Ia sama sekali tidak makan apapun sepanjang delapan hari yang pertama, bahkan setetes air pun tidak. Enam hari berikutnya, ia minum hanya sedikit air. Para anggota komisi kesehatan dan teologis memeriksa dengan cermat di setiap menit. Delapan perawat kesehatan ditugaskan secara bergiliran baik pagi maupun malam sepanjang waktu. Para dokter melakukan beberapa pemeriksaan setiap harinya guna memeriksa keadaan kesehatan Anathalie. Mereka mendapati bahwa tidak ada tanda-tanda dehidrasi, bibirnya tetap basah; ia tidak gemetar seperti yang biasa terjadi pada orang-orang yang kelaparan. Pada hari yang kesebelas dari puasanya, Santa Perawan menampakkan diri kepadanya di bawah panas terik matahari selama 105 menit.

Nubuat dan Peringatan

Salah satu alasan kuat yang membuat otoritas Gereja yang berwenang mengakui penampakan Kibeho sebagai otentik adalah penglihatan akan genosida di Rwanda yang terjadi 12 tahun kemudian. Dalam suatu penampakan pada tahun 1982 yang berlangsung hingga delapan jam lamanya, Bunda Maria memperlihatkan kepada para visioner apa yang akan terjadi di negeri mereka apabila mereka tidak berbalik kepada Allah. “Suatu sungai darah, orang-orang yang saling membunuh satu sama lain, mayat-mayat bergelimpangan tanpa seorang pun menguburkan mereka, pepohonan dilalap api, tubuh-tubuh tanpa kepala.” Mereka menangis dengan begitu pedih dan pilu hingga mengguncangkan hati khalayak ramai yang berkerumun di sana.

Nubuat ini tampaknya tak masuk akal, namun, pada musim semi 1994, pecah suatu perang sipil yang paling tragis serta mengerikan. Para pemimpin kaum Hutu mengorganisir suatu genosida yang sistematik yang merenggut nyawa sekitar 800.000 kaum Tutsi dan kaum Hutu moderat; suatu pembantaian besar-besaran yang sebagian besar dilakukan dengan parang. Orang-orang tak bersalah, termasuk anak-anak, dibantai secara keji. Kamp pengungsian terbesar berada di Kibeho. Pada tanggal 14 April 1994, seluruh suku Tutsi yang bersembunyi di sebuah gereja paroki di sana, sekitar 4.000 orang, tewas oleh granat-granat yang meledak dalam bangunan gereja yang kemudian terbakar hangus. Hanya dalam waktu tiga bulan saja, April hingga Juni 1994, sekitar 1.000.000 orang tewas, sebagian besar dipenggal kepalanya dan tubuhnya dicampakkan ke dalam Sungai Kagea (= sungai darah). Anathalie selamat, Alphonsine juga berhasil selamat walau seluruh keluarganya tewas terbunuh; sementara Uskup Gahamanyi dan Marie Claire termasuk di antara korban tewas dalam perang sipil ini. Di kemudian hari, Alphonsine menjadi seorang biarawati rabiah sementara Anathalie tinggal di Rwanda mengurus tempat ziarah Santa Perawan Maria Berdukacita yang kemudian dibangun di tempat penampakan.

Di Kibeho, Santa Perawan Maria telah memperingatkan kita bahwa seks bebas akan menghantar manusia kepada petaka. Pesan itu dinyatakan sebelum dunia mengenal AIDS, tetapi pada tahun 1994, 70% kasus AIDS sedunia terdapat di Afrika. Sebanyak 25 juta warga Afrika terjangkit penyakit mematikan ini.

Guna menghindari perang dan malapetaka, Bunda sang Sabda mengundang para visioner dan juga seluruh dunia untuk berdoa, berpuasa dan bermatiraga.

Pesan-Pesan Bunda Maria

Inti pesan-pesan Bunda Maria adalah doa dari hati, silih, puasa, tobat, berdoa Rosario, dan persiapan menyambut kedatangan Yesus kembali.

Pesan kepada Marie Claire:

“Aku menaruh perhatian bukan hanya kepada Rwanda atau kepada seluruh Afrika saja. Aku menaruh perhatian kepada, dan berpaling kepada, seluruh dunia. Dunia sedang berada di ambang bencana.”

“Aku datang untuk mempersiapkan jalan bagi Putraku demi kebaikan kalian, dan kalian tidak mau mengerti. Tinggal sedikit saja waktu dan kalian mudah lupa. Kalian terpikat oleh barang-barang dunia ini yang akan binasa. Aku melihat banyak dari antara anak-anakku yang tersesat, dan aku datang untuk menunjukkan jalan yang benar kepada mereka.”

“Dunia telah berbalik melawan Allah. Kita harus bertobat dan memohon pengampunan.”

“Betobatlah! Betobatlah! Betobatlah!”

“Tetapi, aku sudah melakukannya.”

“Apabila aku menyampaikan ini kepadamu, aku tidak berbicara hanya kepadamu seorang, melainkan aku berbicara juga kepada semua yang lainnya. Manusia pada masa ini telah mengosongkan segala sesuatu dari maknanya yang sejati; ia yang melakukan kesalahan tidak tahu bahwa ia telah berbuat salah.” (2 April 1982)

“Yang aku minta dari kalian adalah tobat. Apabila kalian mendaraskan kaplet ini (Rosario Tujuh Duka SP Maria), dengan merenungkannya, maka kalian akan mendapatkan kekuatan untuk bertobat. Sekarang ini, banyak orang yang tidak tahu lagi bagaimana memohon pengampunan. Mereka memakukan kembali Putra Allah pada Salib. Sebab itu aku menghendaki datang dan mengingatkannya kembali kepada kalian, khususnya di sini di Rwanda, sebab di sini aku masih mendapati orang-orang sederhana yang tidak terikat pada kekayaan ataupun uang.” (31 Mei 1982)

“Kita patut merenungkan sengsara Yesus dan dukacita mendalam BundaNya. Hendaknyalah kita mendaraskan rosario setiap hari, dan juga Rosario Tujuh Duka SP Maria, demi mendapatkan rahmat tobat.”

Pesan kepada Anathalie:

“Bangunlah, berdirilah! Basuhlah dirimu dan lihatlah dengan seksama. Haruslah kita membaktikan diri dalam doa. Haruslah kita mengembangkan dalam diri kita keutamaan-keutamaan belas kasih, keterbukaan hati dan kerendahan hati.”

“Kembalilah kepada Tuhan, Sumber Air Hidup.”

“Aku berbicara kepada kalian, tetapi kalian tidak mendengarkan aku. Aku hendak mengangkat kalian, tetapi kalian tetap tinggal di bawah. Aku memanggil kalian, tetapi kalian memberiku telinga yang berat mendengar. Bilamanakah kalian akan melakukan apa yang aku minta? Kalian tetap acuh tak acuh terhadap segala permintaanku. Bilakah kalian mau mengerti? Bilamanakah kalian menaruh minat pada apa yang ingin kusampaikan kepada kalian? Aku memberi kalian tanda-tanda, tetapi kalian tetap tidak percaya. Berapa lama lagikah kalian akan menyendengkan telinga yang tuli terhadap permintaanku?” (5 Agustus 1982, keluhan Santa Perawan Maria sehubungan dengan permintaannya untuk mendirikan dua tempat ibadat di tempat penampakan.)

Pesan kepada Alphonsine:

“Aku berbicara kepada kalian yang memegang kekuasaan, dan yang memimpin negara: selamatkanlah rakyat, dan bukannya menjadi penindas mereka. Janganlah merampas dari rakyat; berbagilah dengan yang lain. Berhati-hatilah untuk tidak menganiaya, membungkam mereka yang hendak mengkritik kesalahan kalian. Aku katakan kepada kalian, aku ulangi, apapun yang kalian lakukan, bahkan meski kalian mengusahakan segala daya upaya untuk mencelakai seseorang sebab ia mengasihi sesamanya, membela hak-hak asazi manusia, berjuang demi harkat hidup yang lain, dan demi kebenaran dan segala yang baik, dan bahkan sebab ia berjuang agar Tuhan dikasihi dan dihormati, apapun yang kalian lakukan, kalian tak akan dapat melakukan sesuatupun untuk melawan dia.” (28 November 1989, penampakan terakhir)

“Tak ada yang lebih indah daripada sebentuk hati yang memperembahkan penderitaannya kepada Tuhan. Berdoa, berdoa, berdoalah! Ikutilah Injil Putraku. Janganlah lupa bahwa Tuhan jauh lebih berkuasa dari segala kejahatan di dunia. Berbagilah. Jangan membunuh. Jangan menganiaya. Hormatilah hak-hak manusia, sebab jika kalian bertindak sebaliknya, kalian tidak akan berhasil dan ia akan berbalik melawanmu.”

“Meski aku adalah Bunda Allah, aku rendah hati dan bersahaja. Aku senantiasa menempatkan diriku di tempat kalian. Aku mengasihi kalian apa adanya. Tak pernah aku mencela anak-anakku yang kecil. Apabila seorang kanak-kanak tidak dicela oleh ibundanya, maka ia akan mengatakan kepada ibundanya segala sesuatu yang ada dalam hatinya. Aku bersuka hati apabila anakku bersukacita bersamaku. Sukacita itu merupakan tanda yang paling indah dari kepercayaan dan kasih. Sedikit saja orang yang mengerti misteri kasih Allah. Ijinkanlah aku, sebagai Bunda kalian, memeluk segenap anak-anakku dengan penuh kasih sayang agar kalian boleh mempercayakan kerinduan-kerinduanmu yang terdalam kepadaku. Ketahuilah, bahwa aku menyampaikan segala kerinduan hatimu kepada Putraku, Yesus, Saudara-mu.”

“Aku mengasihi seorang kanak-kanak yang bermain bersamaku, sebab ini merupakan suatu perwujudan nyata yang indah dari kepercayaan dan kasih. Bersikaplah bagai kanak-kanak bersamaku sebab aku juga suka membelaimu. Tak seorang pun takut kepada ibundanya. Aku Bundamu. Janganlah kalian takut kepadaku, melainkan hendaknyalah kalian mengasihi aku.”

“Aku mengasihi, mengasihi, sangat mengasihi kalian. Janganlah pernah lupa akan kasihku kepada kalian sehingga aku datang di antara kalian. Pesan-pesan ini tidak hanya berguna sekarang ini saja, melainkan juga di masa mendatang.” (28 November 1989, penampakan terakhir)

Persetujuan Resmi Gereja

Pada waktu penampakan terjadi, Kibeho adalah bagian dari Keuskupan Butare di bawah kepemimpinan Uskup Jean Baptiste Gahamanyi; sekarang Kibeho adalah bagian dari Keuskupan Gikongoro di bawah kepemimpinan Uskup Augustin Misago.

Menanggapi fenomena penampakan yang terjadi di wilayah keuskupannya, Uskup Gahamanyi segera membentuk dua komisi: komisi teologis dan komisi medis. Kedua komisi ini efektif menjalankan tugasnya sejak April 1982 hingga penampakan Kibeho mendapatkan persetujuan resmi Tahta Suci pada tahun 2001. Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian yang cermat dan seksama oleh kedua komisi, pada tanggal 15 Agustus 1988, Uskup setempat berkeputusan untuk memberikan persetujuan atas devosi publik sehubungan dengan penampakan Kibeho. Uskup Gahamanyi memaklumkan, “Saya sama sekali tak ragu bahwa sesuatu yang adikodrati telah terjadi di Kibeho. Pesan-pesannya benar; orang hendaknya menaruh perhatian.”

Duapuluh tahun berlalu setelah penampakan pertama, dan pada tanggal 29 Juni 2001, Pesta St Petrus dan St Paulus, dalam suatu Misa Kudus yang khidmad di Katedral Gikongoro, Uskup Augustin Misago yang mewakili otoritas yang berwenang, menerbitkan deklarasi resmi mengenai penilaian definitif penampakan di Kibeho, Rwanda. Antara lain beliau memaklumkan, “Ya, Santa Perawan Maria menampakkan diri di Kibeho pada tanggal 28 November 1981, dan pada bulan-bulan berikutnya. Ada lebih banyak alasan untuk percaya pada penampakan-penampakan yang terjadi daripada mengingkarinya. Hanya tiga kesaksian pertama yang dianggap sebagai otentik; yaitu yang kesaksian yang diberikan oleh Alphonsine Mumureke, Anathalie Mukamazimpaka, dan Marie Claire Mukangango.”

Pada tanggal 2 Juli 2001 Tahta Suci memberikan persetujuan akan keotentikan penampakan Kibeho dan menerbitkan laporan lengkap mengenainya dalam koran Vatikan L'Osservatore Romano.

Nama yang diberikan kepada tempat ziarah Bunda Maria di Kibeho adalah `Santa Perawan Maria Berdukacita'; peletakan batu pertamanya dilakukan pada tanggal 28 November 1992. Dalam deklarasinya, Uskup Gikongoro, Rwanda, memaklumkan:

“Bahwa Kibeho menjadi suatu tempat ziarah dan tempat perjumpaan bagi segenap mereka yang mencari Kristus dan yang datang ke sana untuk berdoa, suatu pusat fundamental dari pertobatan, silih atas dosa-dosa dunia dan rekonsiliasi, suatu tempat pertemuan bagi `mereka semua yang tercerai-berai', pula bagi mereka yang merindukan nilai-nilai kasih dan persaudaraan tanpa batas, suatu pusat fundamental yang mengingatkan orang akan Injil Salib.”

sumber : 1. “Messages of Our Lady of Sorrows in Kibeho, Rwanda by Thérèse Tardif”; Michael Journal; www.michaeljournal.org; 2. “Rwanda The Visions of Life and Death”; www.mrosa.szm.sk/341998/angl/; 3. berbagai sumber

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “disarikan dan diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya