Santa Perawan Maria dari Pompeii
Paus Yohanes Paulus II & SP Maria dari Pompeii
Salah satu dari musibah awal yang menimpa Pompeii terjadi pada tahun 79, ketika Gunung Vesuvius meletus dengan dahsyat. Gunung berapi itu menghancur-luluhkan
Sebuah gereja kuno yang dibangun sebelum terjadi wabah pada akhirnya hancur pada tahun 1740. Sebuah gereja kecil didirikan sebagai gantinya. Dari paroki yang dulunya berkembang pesat, hanya tinggal sedikit saja umat yang tersisa - dan mereka dilayani oleh seorang imam yang sudah tua dan capai. Akhirnya, di samping berbagai macam takhyul yang menyebar di antara penduduk, mereka juga disusahkan dan dibuat tak berdaya oleh kawanan penyamun yang meneror serta menjarah mereka. Lama-kelamaan
Namun demikian, Bunda Maria tidak pernah meninggalkan anak-anaknya. Tempat-tempat yang paling tidak mungkin telah dipilihnya untuk medatangkan keajaiban-keajaiban yang dilakukannya bagi mereka yang mengabdi kepadanya. Alat yang dipergunakannya untuk menaklukkan
Beato Bartolo Longo - Rasul
Bartolo Longo dilahirkan pada tahun 1841, putera seorang dokter. Ia menempuh pendidikan sebagai pengacara di
Seorang teman yang baik, Vincentius Pepe, perlahan-lahan menunjukkan kepada Bartolo kelemah-lembutan Kristus dan mengatur agar Bartolo dapat bertemu dengan seorang imam Dominikan yang kudus, Pastor Alberto Radente. Pastor Alberto memiliki devosi pribadi yang mendalam kepada Bunda Maria dan sebisanya menyebarluaskan devosi
Setelah pertobatannya, Bartolo Maria Longo, ingin melakukan sesuatu sebagai silih atas kehidupannya di masa silam dan melayani Gereja yang dulu difitnahnya dengan keji. Ia bergabung dengan sekelompok orang yang menaruh perhatian kepada mereka yang miskin dan sakit. Salah seorang anggota kelompok tersebut adalah Countess di Fusco, seorang janda kaya yang mempunyai tanah dan hak milik dekat reruntuhan
Suatu hari pada bulan Oktober 1872, sementara ia beristirahat di padang dekat Pompeii, ia teringat akan 'pentahbisannya' sebagai imam Setan. Bartolo mengenang saat itu:
“Saya berpikir bahwa mungkin, sama seperti imamat Kristus adalah untuk selamanya, demikian juga imamat Setan adalah untuk selamanya. Jadi, meskipun saya telah bertobat, saya berpikir bahwa saya masih tetap imam setan, dan bahwa saya masih menjadi hambanya dan miliknya sementara ia menunggu saya di Neraka. Saat merenungkan keadaan saya itu, saya dilanda rasa putus asa yang begitu hebat, hingga hampir bunuh diri. Kemudian saya mendengar gema suara Pastor Alberto di telinga saya yang mengulangi kata-kata Santa Perawan Maria:
'Jika engkau ingin beroleh keselamatan, sebarluaskanlah
Kata-kata ini segera mendatangkan pencerahan bagi jiwa saya. Saya jatuh berlutut dan berseru, 'Jika yang engkau katakan benar, bahwa mereka yang menyebarluaskan Rosariomu akan diselamatkan, maka aku pasti beroleh keselamatan, karena aku tidak akan meninggalkan dunia ini tanpa menyebarluaskan
Bartolo Maria membujuk masyarakat sekitar untuk membantunya membersihkan gereja yang telah rusak. Kemudian ia mengundang mereka datang sore hari untuk berdoa
Bartolo kemudian mensponsori diadakannya festival pada Pesta Ratu Rosario pada tahun 1873. Usahanya gagal. Hujan turun, dan imam menyampaikan khotbahnya dalam bahasa Italia resmi, bukan dalam dialek setempat yang dapat dimengerti penduduk. Tahun berikutnya ia mencoba lagi, tidak lebih berhasil dari sebelumnya, tetapi ia berhasil mengajari beberapa orang berdoa
Bartolo memulai proyeknya dengan pertama-tama mencari sebuah lukisan Santa Perawan Maria Ratu Rosario. Bartolo mendapatkan lukisan yang cocok di sebuah toko di
Bartolo menceritakan kekecewaannya kepada Pastor Alberto Radente, yang memberitahukan kepadanya akan sebuah lukisan yang dimiliki seorang biarawati, Moeder Concetta, di biaranya. Karena Moeder sudah menyetujuinya, Pastor Alberto mendorong Bartolo untuk meminta lukisan tersebut. Lukisan itu sesungguhnya ditemukan Pastor Alberto di sebuah toko loak. Pastor membelinya dengan harga hanya delapan carlins, atau setara dengan satu dollar. Pastor kemudian memberikan lukisan Santa Perawan tersebut kepada Moeder Concetta.
Ketika Bartolo melihat lukisan tersebut, ia sungguh sangat kecewa dengan kondisinya yang menyedihkan. Bartolo menggambarkannya sebagai berikut:
“Tidak saja lukisan itu telah dimakan rayap, tetapi wajah Madona adalah wajah wanita desa yang kasar … secuil kanvas hilang tepat di atas kepalanya… mantolnya retak. Tak ada yang dapat dikatakan tentang figur-figur lainnya yang mengerikan. St. Dominikus tampak seperti seorang idiot jalanan. Di sebelah kiri Santa Perawan adalah St. Rosa. Di kemudian hari, saya mengubahnya menjadi St. Katarina dari Siena… Saya ragu-ragu apakah sebaiknya menolak atau menerima pemberian ini.”
Moeder Concetta membujuk Bartolo agar menerimanya, “Ambillah; engkau akan melihat bagaimana Bunda Maria akan mempergunakan lukisan ini untuk mendatangkan banyak mukjizat.” Kata-kata tersebut memang terbukti kelak.
Lukisan Santa Perawan terlalu besar bagi Bartolo untuk dapat dibawanya pulang dari
Dua bulan setelah kedatangannya, yaitu pada bulan Januari 1876, restorasi pertama atas lukisan tersebut oleh seorang pelukis amatir berhasil diselesaikan. Pada hari peresmian Persaudaraan dalam Rosario Suci yang dibentuk oleh Bartolo Longo, yaitu pada tanggal 13 Februari 1876, lukisan ditempatkan dalam gereja. Restorasi berikutnya dilakukan pada tahun 1879, oleh Federico Madlarelli, seorang pelukis Italia terkenal. Restorasi terakhir dilakukan oleh para pelukis Vatikan pada tahun 1965.